MENGENAL
MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA & CARA MELESTARIKANNYA
Oleh
Anita Ramsay Ambarrani
A.
Musik Tradisional Nusantara
Musik adalah sumber peradaban , music
terdahulu mungkin siulan oleh orang-orang pra sejarah dengan panggilan atau siulan
untuk suku primitive . Di zaman pra sejarah musik hadir dalam upacara sacral karena
fungsi magis dapat di gunakan sebagai sarana komunikasi dengan roh arwah
leluhur dan alam gaib ,
Irama lahir dari alat-alat music sederhana
berupa batu , potongan kayu , tulang belulang binatang, dan lain-lain . Musik
tradisional membuat kehidupan mejadi sacral , dan musik di pergunakan dalam
upacara-upacara yang menandai dalam kehidupan mereka dan menemani perkerjaan
sehari-hari.
Kemudian dengan berkembangnya
zaman musik menjadi penting di istana-istana raja , juga di antara para orang
kaya . Musik untuk orang biasa berkembang lambat namun kemudian menjadi
terkenal dan musik ini di kenal music rakyat atau “ musik nusantara “ .
Musik ini mengungkapkan rasa dan
pandangan hidup dari rakyat kebayakan . kultur-kultur yang berbeda di gambarkan
dengan gaya musik dan perananya dalam konteks social budaya masyarakat indonesia
.
Musik tradisional ialah musik khas
bangsa Indonesia yang di gali oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada masa lalu
, yang di wariskan secara turun-temurun dan merupakan tradisi bangsa Indonesia
. maka seringkali nama pengarangnya tidak di ketahui , sperti hal nya pada music
pop, kroncong maupun musik rakyat .
Hal itu di sebabkan kehidupan masa
lalu yang bersifat gotong-royong dan semua hasil karya milik bersama . karena
hasil karya bersma dan milik bersama , sehingga tidak dapat di sebu
pengarang/pencipta yang di sebut anoym atau NN(none name).
TOKOH MUSIK
TRADISIONAL YANG TERKENAL ANTARA LAIN :
1.
RADEN MACHYAR ANGGA KOESOEMADINATA
Beliau
mempelopori penulisan tangga nada pelong dan slendro dengan : da, mi, na, ti,
la, da , pada tahun 1923 .
2.
KOKO KOSWARA (Mang Koko)
Jasa
beliau antara lain adalah mengubah tangga nada da, mi, na, ti, la, da , menjadi
tiga nada dasar ( terutama pada pelog) yaitu :
a.jawar
(da, mi, na, ti, la, da ) nada dasar da
b.liwung
(na , ti , la ,da , mi , na ) nada dasar na
c.sorog
(ti , la ,da , mi , na ,ti ) nada dasar ti
3.
GESANG MARTOHARTONO


B.
Musik Nusantara
Musik Nusantara adalah music daerah yang berkembang
di seluruh wilayah kepuluan dari Sabang sampai Merauke yang di wariskan dari
nenek moyang secara turun temurun sehingga seringkali tidak dikenal atau
diketahui siapa penciptanya . Musik Nusantara atau music daerah memiliki cirri khas
dan gaya masing-masing daerahnya ditinjau dari pola iramanya, bentuk lagunya,
fungsi dan perannya dalam konteks budaya dan masyarakatnya. Musik daerah
berkembang didaerah setempat sehingga syair lagunya menggunakan bahasa daerah
masing-masing atau dengan kata lain syair lagunya menggunakan bahasa ibu,
sehingga jika kita ingin menyanyika lagu-lagu daerah yang bukan dari daerah
kita sendiri merasa sulit untuk pengucapan yang “pas” dalam menyanyikan
syairnya.
Ciri Musik Nusantara:
a) Lagunya
berasal dari warisan secara turun temurun
b) Syair
lagu nya menggunakan bahasa daerah
c) Pola
iramanya adalah gaya dari daerah masing-masing
d) Iringan
musiknya berasal dari daerah masing-masing
e) Bentuk
lagunya sederhana dan tidak terlalu panjang
f) Penciptanya
lagunya sering tidak dikenal.
MACAM-MACAM MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA
A.
MUSIK GAMELAN
Gamelan adalah nama kumpulan (keseluruhan)
instrument daerah jawa, sunda dan bali yang di mainkan bersama dan merupakan
suatu ansambel atau simfoni yang menggunakan tangga nada pelog dan slendro.
Music gamelan di seluruh Indonesia
sejak zaman dahulu kala sudah popular, terbukti dengan adanya peninggalan
gamelan yang lengkap di keratin solo dan jogja pada zaman sultan agung . bahkan
di jawa barat pun sudah ada gamelan yang besar dan lengkap, hanya saja jumlah
instrumennyayang berbeda-beda.
Seperangkat gamelan yang lengkap
terdiri dari 5 kelompok instrumen dengan susunan sebagai berikut :
-
Kelompok balungan terdiri dari :
demung,saron,peking
-
Kelompok blimbingan, terdiri dari:
slentemn,gender berung, gender penerus
-
Kelompok pecon , terdiri dari : boning,
kenong, kempul, ketuk dan gong
-
Kelompok pelengkap terdiri dari :
suling, site(kecapi), cemplung , rebab , gambang
Music gamelan ini terkenal sampai
ke luar negeri, bahkan beberapa Negara telah membeli perangkat gamelan dan berminat
mempelajari gamelan, bahkan dengan mendatangkan tenanga ahli dari Indonesia,
sebagai pengajar di berbagai Negara seperti Amerika , Belanda dan Filipina.
B.
MUSIK GAMELAN DEGUNG
Arti Degung
sebenarnya hampir sama dengan Gangsa di Jawa Tengah, Gong di Bali atau Goong di
Banten yaitu Gamelan, Gamelan merupakan sekelompok waditra dengan cara membunyikan
alatnya kebanyakan dipukul. Pada mulanya Degung berupa nama waditra berbentuk 6
buah gong kecil, biasanya digantungkan pada “kakanco” atau rancak/ancak.
Waditra ini biasa disebut pula “bende renteng” atau “jenglong gayor”.
Perkembangan menunjukan bahwa akhirnya nama ini digunakan untuk menyebut
seperangkat alat yang disebut Gamelan Degung dimana pada awalnya gamelan ini
berlaras Degung namun kemudian ditambah pula dengan nada sisipan sehingga
menjadi laras yang lain (bisa Laras Madenda/Nyorog ataupun laras
Mandalungan/Kobongan/Mataraman).
Ada anggapan lain
sementara orang bahwa kata Degung berasal dari kata ratu-agung atau tumenggung,
seperti dimaklumi bahwa Gamelan Degung sangat digemari oleh para pejabat pada
waktu itu, misalnya bupati Bandung R.A.A. Wiranatakusuma adalah salah seorang
pejabat yang sangat menggemari Degung, bahkan beliaulah yang sempat
mendokementasikan beberapa lagu Degung kedalam bentuk rekaman suara.
Ada pula yang menyebutkan
Degung berasal dari kata “Deg ngadeg ka nu Agung” yang mengandung pengertian
kita harus senantiasa menghadap (beribadah) kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
bahasa Sunda banyak terdapat kata-kata yang berakhiran gung yang artinya
menunjukan tempat/kedudukan yang tinggi dan terhormat misalnya : Panggung,
Agung, Tumenggung, dsbnya. Sehingga Degung memberikan gambaran kepada orang
Sunda sebagai sesuatu yang agung dan terhormat yang digemari oleh Pangagung.
Mula mula Degung
merupakan karawitan gending, penambahan waditrapun berkembang dari jaman ke
jaman. Pada tahun 1958 barulah dalam bentuk pergelarannya degung menjadi bentuk
sekar gending, dimana lagu-lagu Ageung diberi rumpaka, melodi lagu dan bonang
kadangkala sejajar kecuali untuk nada-nada yang tinggi dan rendah apabila tidak
tercapai oleh Sekar. Banyaknya kreasi-kreasi dalam sekar, tari, wayang
menjadikan degung seperti sekarang ini.
Istilah waditra
khususnya dalam degung dan umumnya dalam Karawitan Sunda adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan berkesenian.
Istilah dalam musik “instrumen”.
a. Bonang,
terdiri dari 14 penclon dalam ancaknya. Berderet mulai dari nada mi alit sampai
nada La agend
b. Saron/Cempres,
terdiri dari 14 wilah. Berderet dari nada mi alit sampai dengan La rendah.
c. Panerus,
bentuk dan jumlah nada sama dengan saron/cempres, hanya berbeda dalam oktafnya.
d. Jengglong terdiri
dari enam buah. Penempatannya ada yang digantung dan ada pula yang disimpan
seperti penempatan kenong pada gamelan pelog.
e. Suling,
suling yang dipergunakan biasanya suling berlubang empat.
f. Kendang, terdiri
dari satu buah kendang besar dan dua buah kendang kecil (kulanter). Teknis
pukulan kendang asalnya dipukul/ditakol dengan mempergunakan pemukul. Dalam
perkembangannya sekarang kendang pada gamelan degung sama saja dengan kendang
pada gamelan salendro-pelog.
g. Gong,
pada mulanya hanya satu gong besar saja, kemudian sekarang memakai kempul,
seperti yang digunakan pada gamelan pelog-salendro.
C.
MUSIK ANGKLUNG
Angklung
merupakan sebuah alat musik tradisional terkenal yang dibuat dari bambu dan
merupakan alat musik asli Jawa Barat, Indonesia. Dulunya, angklung memegang
bagian penting dari aktivitas upacara tertentu, khususnya pada musim panen.
Suara angklung dipercaya akan mengundang perhatian Dewi Sri (Nyi Sri Pohaci)
yang akan membawa kesuburan terhadap tanaman padi para petani dan akan
memberikan kebahagian serta kesejahteraan bagi umat manusia.
Angklung juga
diartikan sebagai alat musik multitonal (bernada ganda) yang
secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian
barat. Alat musik ini dibuat daribambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan
oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam
susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan
adalah salendro dan pelog.
Angklung terdaftar sebagai Karya Agung
Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dariUNESCO sejak
November 2010. tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga
bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di
Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian
dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
CARA-CARA
MELESTARIKAN MUSIK TRADISIONAL
Musik
yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya yang tak bernilai
di mata masyarakat. Sikap yang tak menghargai itu memberikan dampak yang cukup
buruk bagi perkembangan budaya tradisional di negara kita. Mengapa? Karena
salah satu cara untuk melestarikan musik trsdisional adalah sikap dan perilaku
dari masyarakatnya sendiri. Jika dalam diri setiap masyarakat terdapat jiwa
nasionalis yang dominan, melestarikan budaya tradisional merupakan suatu
kebanggaan, tapi generasi muda sekarang ini justru beranggapan yang sebaliknya,
sehingga mereka menggagap melestarikan musik itu suatu paksaan. Jadi
kelestarian musik tradisional itu juga sangat bergantung pada jiwa nasionais
generasi mudanya.
Sebagai
para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah
diperlukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk
berjiwa nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan budayapun juga
demikian. Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan
sejarah itu tidak mudah. Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak
cukup apabila hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa
bodoh. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan
mengisi satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian music tradisional
juga diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamdju
A, Windawati A .1978. pengetahuan seni music. Jakarta:penerbit mutiara
Prier
sj. 1993. Sejarah music jilid 2. Jogyakarta: pusat music liturgy.
0 komentar:
Posting Komentar