
Oleh Anita Ramsay Ambarrani
A. Latar
Belakang
Kemiskinan sering menjadi
topik yang dibahas dan diperdebatkan dalam berbagai forum baik
nasional maupun internasional, walaupun kemiskinan itu sendiri telah muncul
ratusan tahun yang lalu. Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering
dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan dalam berbagai keadaan
hidup. Perkembangan kondisi kemiskinan di suatu negara secara ekonomis
merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, dengan semakin menurunnya tingkat
kemiskinan yang ada maka dapat disimpulkan meningkatnya kesejahteraan
masyarakat di suatu negara. Dalam mewujudkan tujuan negara, pemerintah secara
terus menerus telah melakukan program pembangunan nasional. Dua sasaran
utama yang selalu mendapat perhatian dalam program pembangunan nasional
adalah pengentasan kemiskinan dan penurunan angka pengangguran. Pada masa
pemerintahan orde baru, upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan
pengangguran dapat dikatakan cukup berhasil, namun setelah terjadinya
krisis moneter pada tahun 1996 angka kemiskinan dan pengangguran meningkat
kembali sehingga hasil kinerja terhadap dua sasaran pembangunan tersebut,
hasilnya belum menggembirakan.
B.
Pembahasaan
Kemiskinan sering dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Kemiskinan dapat diartikan sebagaiketidakmampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti pangan,perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Kemiskinan adalah suatu kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampumenyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi(BAPPENAS dalam BPS, 2002).
Menurut
Suparlan (1984) “kemiskinan merupakan sebagai suatu standar tingkat
hidup yang rendah yaitu adanya tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan”.(Hudaya ,2009:7)
Beberapa
faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut Hartomo dan Aziz (1997)
yaitu :
1).
Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat
pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan
tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau
keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan
seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2). Malas Bekerja
Adanya
sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang
bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3).
Keterbatasan Sumber Alam
Suatu
masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan
keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat
itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4).
Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan
lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagimasyarakat. Secara ideal seseorang
harus mampu menciptakan lapangan kerjabaru sedangkan secara faktual hal
tersebut sangat kecil kemungkinanya bagimasyarakat miskin karena keterbatasan
modal dan keterampilan.
5).
Keterbatasan Modal
Seseorang
miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapialat maupun bahan
dalam rangka menerapkan keterampilan yang merekamiliki dengan suatu tujuan
untuk memperoleh penghasilan.
6).
Beban Keluarga
Seseorang
yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha
peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak
anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang
harus dipenuhi .
C.
Unsur Kemiskinan
·
Kemiskinan yang disebabkan Aspek
Badaniyah. Biasanya orang – orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal
sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmaniah. Karena cacat badaniah
misalnya : dia lantas berbuat atau bekerja secara tidak wajar seperti menjadi
pengemis atau meminta-minta. Menurut ukuran produktifitas kerja, mereka tidak
bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal malah lebih bersifat konsumtif .
Sedangkan yang menyangkut Aspek Mental biasanya mereka disifati oleh sifat
malas bekerja secara wajar, sebagaimana manusia lainnya. Mereka ada yang
bekerja sebagai meminta-minta atau bekerja sebagai pekerja sambilan bila ada
yang memerlukannya, tindakan-tindakan sepertyi itu jelas bisa menyebabkan
kemiskinan bagi dirinya dan menimbulkan beban bagi masyarakat lainnya.
·
Kemiskinan yang disebabkan Aspek
Bencana. Apabila tidak segera diatasi sama saja hanya akan menimbulkan beban
bagi masyarakat umum lainnya. Mereka yang kena bencana alam, umumnya tidak
mempunyai tempat tinggal bahkan sumber daya alam yang mereka miliki sebelumnya
habis oleh pengikisan bencana alam. Kemiskinan yang disebabkan bencana alam
biasanya pihak pemerintah mengambil atau menempuh dua cara. Pertama, sebagai
pertolongan sementara diberikan bantuan secukupnya. Kedua, mentransmigrasikan mereka
ke tempat-tempat lain yang lebih aman dan memungkinkan mereka hidup layak.
·
Kemiskinan buatan disebut juga
kemiskinan Struktural. Ialah kemiskinan yang ditimbulkan oleh dan dari struktur
– struktur ekonomi, soisial dan kultur serta politik. Kemiskinan struktur ini
selain ditimbulkan oleh struktur penenangan atau nrimo / menerima / pasrah,
memandang kemiskinan sebagai nasib, malah sebagai takdir Tuhan.
D. Usaha-usaha Mengatasi
Kemiskinan
Dari hasil penelitian kemudian pusat perhatian para ahli lambat laun mulai bergeser dari tekanan pada penciptaan lapangan kerja yang memadai ke penghapusan kemiskinan, dan akhirnya ke penyediaan barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk yang berupa dua perangkat, yaitu ;
Dari hasil penelitian kemudian pusat perhatian para ahli lambat laun mulai bergeser dari tekanan pada penciptaan lapangan kerja yang memadai ke penghapusan kemiskinan, dan akhirnya ke penyediaan barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk yang berupa dua perangkat, yaitu ;
§ perangkat
kebutuhan konsumsi perorangan akan pengan, sandang dan papan/ permukiman.
§ Perangkat
yang mencakup penyediaan jasa umum dasar, seperti fasilitas kesehatan,
pendidikan, saluran air minum, pengangkutan dan kebudayaan .
Disamping
kedua perangkat tersebut, kebutuhan dasar atau kebutuhan dasar manusiawi
kadang-kadang juga digunakan untuk mencakup tiga sasaran lain, yaitu ;
1. hak atas pekerjaan produktif dan yang memberikan imbalan yang layak, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap rumah tangga atau perorangan.
2. prasarana yang mampu menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk.
3. partisipasi seluruh penduduk , baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaan proyek-proyek yang berhubungan dengan penyediaan barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar.
1. hak atas pekerjaan produktif dan yang memberikan imbalan yang layak, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap rumah tangga atau perorangan.
2. prasarana yang mampu menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk.
3. partisipasi seluruh penduduk , baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaan proyek-proyek yang berhubungan dengan penyediaan barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar.
F.
Penutup Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita tarik benang merah bahwa kemiskinan itu pada hakikatnya berkaitan langsung dengan sistem kemasyrakatan secara menyeluruh. Dan bukan hanya ekonomi atauv politik,social dan budaya. Sehingga penayangannya harus berlangsung secara menyweluruh dengan suatu strategi yang mengandung semua aspek dan perilaku kehidupan manusia bisa dimulai dengan resep ekonomi, kemudian di tunjang oleh tindakan social dan poliotik yang nyata. Namun demikian, dalam kenyataannya bahwa mengeluh memerangi kemiskinan seringkali menjadi suatu masalah perdebatan yang ada kaitannya dengan masalah tersebut, yaitu berkenaan dengan cara dan sasarannya.
Daftar
Pustaka
Ahmadi Drs. H. Abu, Ilmu Sosial Dasar, Bineka
Cipta Jakarta 2003.vWahyu Drs. MS., Wawasan Ilmu Sosial, Usaha Nasional S
0 komentar:
Posting Komentar